Thursday, 29 September 2011

^ ANTARA MATA DAN HATI ^


ANTARA MATA DAN HATI

Mata adalah panglima hati. hampir semua perasaan dan perilaku awalnya dipicu oleh pandangan mata. Bila dibiarkan mata memandang yang dibenci dan dilarang… maka pemiliknya berada ditepi jurang bahaya. Meskipun ia tidak sungguh-sungguh jatuh kedalam jurang. Semua peristiwa besar awalnya adalah mata. Lihatlah api besar yang awalnya berasal dari percikan api. 

Semoga Allah memberikan naungan barakah-Nya kepada kita semua. Fitnah ujian tidak pernah berhenti. Mungkin, kita kerap mendengar bahkan mengkaji masalah mata. Tapi belum tentu kita termasuk dalam kelompok orang yang dapat memelihara matanya. Padahal, orang yang keliru menggunakan pandangan, bererti ia terancam bahaya besar kerana mata adalah pintu paling luas yang dapat memberi banyak pengaruh pada hati. 

Mata adalah penonton, sementara hati adalah pendorong dan pengikut. Yang pertama, mata memiliki kenikmatan pandangan. Yang kedua, hati memiliki kenikmatan pencapaian. Dalam dunia nafsu keduanya adalah sekutu yang mesra. Jika tertolak dalam kesulitan, maka masing-masing akan saling mencela.



Kata HATI kepada MATA:

“Kaulah yang telah mengheret aku pada kebinasaan dan mengakibatkan penyesalan kerana aku mengikutimu beberapa saat saja. Kau lemparkan kerlingan matamu ke taman dan kebun yang tak sihat. Kau salahi firman Allah, “Hendaklah mereka menahan pandangannya” (QS An Nur: 30/31). Kau salahi sabda Rasulullah SAW,“Memandang wanita adalah panah beracun dari berbagai macam panah iblis. Barangsiapa meninggalkannya kerana takut pada Allah, maka Allah akan memberi balasan iman padanya, yang akan didapati kelazatan dalam hatinya.” 

Tapi MATA berkata kepada HATI:

“Kau zalimi aku sejak awal hingga akhir. Kau kukuhkan dosaku zahir dan batin. Padahal aku hanyalah utusanmu yang selalu taat dan mengikuti jalan yang engkau tunjukkan.” 

Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya dalam tubuh itu ada segumpal darah. Jika ia baik, maka seluruh tubuh akan baik pula. Dan jika ia rosak, rosak pula seluruh tubuh. Ketahuilah, segumpal darah itu adalah hati “ (HR. Bukhari dan Muslim). 

Hati adalah raja dan seluruh tubuh adalah pasukannya. Jika rajanya baik maka baik pula pasukannya. Jika rajanya buruk, buruk pula pasukannya. 

Wahai hati, jika engkau dianugerahi pandangan, tentu engkau tahu bahawa rosaknya pengikutmu adalah kerana kerosakan dirimu, dan kebaikan mereka adalah kebaikanmu. Sumber bencana yang menimpamu adalah kerana engkau tidak memiliki cinta pada Allah, tidak suka zikir kepada-Nya, tidak menyukai firman, asma dan sifat-sifat-Nya. Allah berfirman, “Sesungguhnya bukan mata itu yang buta, tetapi yang buta adalah hati yang ada di dalam dada”. (QS.AI-Hajj:46) 

Banyak sekali kenikmatan yang menjadi buah memelihara mata. Memelihara pandangan mata… menjamin kebahagiaan seorang hamba di dunia dan akhirat. memelihara pandangan… memberi implikasi kedekatan seorang hamba kepada Allah. Menahan pandangan… juga dapat mengkuatkan hati dan membuat seseorang lebih merasa bahagia. Menahan pandangan … juga akan menghalangi pintu masuk syaitan ke dalam hati. Mengosongkan hati untuk berfikir pada sesuatu yang bermanfaat… Allah akan meliputinya dengan cahaya. Itu sebabnya, setelah firman-Nya tentang perintah untuk mengendalikan pandangan mata dari yang haram, Allah segera menyambungnya dengan ayat tentang “NUR”, cahaya. (Al-Jawabul Kafi, 215-217) 

Perilaku mata dan hati adalah sikap tersembunyi yang sulit diketahui oleh orang lain, kerdipan mata apalagi kecenderungan hati, merupakan rahsia diri yang tidak diketahui oleh siapapun, kecuali Allah SWT, “Dia (Allah) mengetahui (pandangan) mata yang khianat dan apa yang disembunyikan oleh hati “. (QS. Al-Mukmin:l9). Itu ertinya, memelihara pandangan mata akan menuntun suasana hati, sangat tergantung dengan tingkat keimanan dan kesedaran penuh akan ‘ilmullah (pengetahuan Allah) . Pemeliharaan mata dan hati, adalah serupa dengan tingkat keimanan seseorang. 

Dalam sebuah hadits dikisahkan, pada hari kiamat ada sekelompok orang yang membawa hasanat (kebaikan) yang sangat banyak . Bahkan Rasul menyebutnya, kebaikan itu bagai sebuah gunung. Tapi ternyata, Allah SWT tak memandang apa-apa terhadap prestasi kebaikan itu. Allah menjadikan kebaikan itu tidak berat hanya seperti debu yang berterbangan. Tak ada ertinya. Rasul mengatakan, bahwa keadaan seperti itu adalah kerana mereka adalah kelompok manusia yang melakukan kebaikan ketika berada bersama manusia yang lain. Tapi tatkala dalam keadaan sendiri dan tidak ada manusia lain yang melihatnya, ia melanggar larangan-larangan Allah. (HR. Ibnu Majah) 

Kesendirian, kesepian, kala tak ada orang yang melihat perbuatan salah, adalah ujian yang akan membuktikan kualiti iman. Di sinilah peranan mengendalikan mata dan kecondongan hati termasuk dalam situasi kesendirian, kerana ia menjadi bahagian dari suasana yang tak diketahui oleh orang lain, “Hendaklah Engkau menyembah Allah seolah-olah engkau melihat-Nya. Jika Engkau tidak melihat-Nya yakinilah bahwa Ia melihatmu”. Begitutulah ihsan menurut Rasulullah shalallaahu ‘alaihi wa sallam.


No comments:

Post a Comment