Wednesday, 20 June 2012

^ MENGECAP KENIKMATAN DUNIA ^

MENGECAP KENIKMATAN DUNIA 

Sebagai seorang manusia, tentu kita juga menghadapi kenyataan adanya kesenangan dan penderitaan dalam hidup. Sebagai seorang Muslim kita pun yakin, kehidupan tak berhenti hanya di dunia ini. Manusia akan dibangkitkan lagi pada suatu masa setelah kehidupan di dunia ini. Masa itu disebut AKHIRAT.

Di dalam Kitab Suci al-Qur’an dijelaskan bahwa manusia akan hidup kekal di akhirat, dan kenikmatan di dunia ini hanya bersifat sementara. “Katakanlah (wahai Muhammad): Harta benda yang menjadi kesenangan di dunia ini adalah sedikit sahaja, (dan akhirnya akan lenyap), dan (balasan) hari akhirat itu lebih baik lagi bagi orang-orang yang bertaqwa (kerana ia lebih mewah dan kekal selama-lamanya), dan kamu pula tidak akan dianiaya sedikit pun". 
[Surah an-Nisâ’ : 77]

" Say, The enjoyment of this world is little, and the Hereafter is better for he who fears Allah . And injustice will not be done to you, [even] as much as a thread [inside a date seed]." 

Memahami adanya kehidupan setelah kematian dan besarnya kenikmatan yang akan diperoleh nanti di akhirat membawa kepada kesadaran bahwa hidup di dunia ini bukanlah untuk mengejar kesenangan dan memuaskan nafsu keduniawian saja. Ada tujuan lain yang lebih besar untuk diperjuangkan.

Lantas, apakah dengan begitu kenikmatan yang ada di dunia ini harus kita campakkan? Dan apakah kita menjadi terhina jika mengecap kenikmatan itu?

Kenikmatan dunia adalah anugerah Allah yang diperuntukkan kepada seluruh manusia penghuni bumi, baik manusia yang beriman mahupun yang tidak. Allah membolehkan manusia untuk menikmati anugerah itu dan memberi kecaman kepada siapa saja yang melarang untuk menikmatinya. “Katakanlah (wahai Muhammad): "Siapakah yang (berani) mengharamkan perhiasan Allah yang telah dikeluarkanNya untuk hamba-hambaNya, dan demikian juga benda-benda yang baik lagi halal dari rezeki yang dikurniakanNya?" Katakanlah: "Semuanya itu ialah (nikmat-nikmat) untuk orang-orang yang beriman (dan juga yang tidak beriman) dalam kehidupan dunia; (nikmat-nikmat itu pula) hanya tertentu (bagi orang-orang yang beriman sahaja) pada hari kiamat". Demikianlah Kami jelaskan ayat-ayat keterangan Kami satu persatu bagi orang-orang yang (mahu) mengetahui.” 
[Surah al-A’râf : 32].

Say, "Who has forbidden the adornment of Allah which He has produced for His servants and the good [lawful] things of provision?" Say, "They are for those who believe during the worldly life [but] exclusively for them on the Day of Resurrection." Thus do We detail the verses for a people who know. 

Ali bin Abu Thalib (semoga Allah memberikan kemuliaan kepadanya) menjelaskan dalam dalam kitab Nahjul Balaghah bahwa orang yang bertaqwa itu juga turut serta dalam kegembiraan dunia. Ia mengatakan, “Orang-orang yang bertaqwa kepada Allah telah ikut menikmati kegembiraan di dunia yang fana ini. Mereka ikut dengan manusia dunia dalam urusan duniawi mereka. Sementara itu, manusia dunia tak menyertai mereka dalam urusan akhirat. Mereka hidup di dunia ini dengan cara hidup yang terbaik, memakan makanan yang terpilih. Mereka menikmati segala yang dinikmati orang yang hidup enak di dunia.”

Kita diingatkan agar tak terlarut menikmati kesenangan dunia. Dalam al-Qur’an diberi tuntunan bagaimana hendaknya manusia bersikap terhadap kesenangan dunia. "Dan tuntutlah dengan harta kekayaan yang telah dikurniakan Allah kepadamu akan pahala dan kebahagiaan hari akhirat dan janganlah engkau melupakan bahagianmu (keperluan dan bekalanmu) dari dunia; dan berbuat baiklah (kepada hamba-hamba Allah) sebagaimana Allah berbuat baik kepadamu (dengan pemberian nikmatNya yang melimpah-limpah); dan janganlah engkau melakukan kerosakan di muka bumi; sesungguhnya Allah tidak suka kepada orang-orang yang berbuat kerosakan. " 
[Surah al-Qashash : 77] 

But seek, through that which Allah has given you, the home of the Hereafter; and [yet], do not forget your share of the world. And do good as Allah has done good to you. And desire not corruption in the land. Indeed, Allah does not like corrupters."

Sikap atau pandangan terhadap kehidupan dunia itu adalah: 

Pertama
Meletakkan prioritas utama pada usaha untuk mencapai kebahagiaan di akhirat. “Dan carilah –pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu– negeri akhirat..” Dunia ini adalah ladang akhirat. Di dunia ini, manusia diberi kesempatan untuk menanam kebaikan. Hasil kebaikan itu nanti akan dipetik di alam akhirat berupa kenikmatan yang sangat besar.

Kedua
Silakan menikmati kesenangan yang dianugerahkan Allah di dunia ini, “dan janganlah melupakan bahagianmu dari dunia..” Asal dalam menikmatinya tidak berlebihan dan tidak melupakan prioritas utama tujuan hidup kita.

Ketiga 
Jangan lupa pula berbuat baik kepada sesama, “berbuat baiklah, sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu..” Kesenangan dunia yang kita nikmati hendaknya tidak melupakan kepedulian kita terhadap orang lain. Kita bagi kesenangan itu agar orang lain juga ikut merasakannya. Rasulullah SAW sangat menganjurkan sikap seperti ini. Dari Abu Dzar r.a., ia berkata: Rasulullah SAW bersabda, “Hai Abu Dzar, kalau engkau memasak kuah maka perbanyaklah airnya dan perhatikanlah tetangga-tetanggamu.” [HR Muslim].

Keempat
Dalam menikmati kesenangan dunia hendaknya tidak dengan melakukan sesuatu yang mengakibatkan kerosakan, “dan janganlah engkau berbuat kerosakan di bumi.” Kerosakan perlu kita fahami dalam erti kerosakan lingkungan atau kerosakan pada diri manusia itu sendiri. Kerana itu, meneguk minuman keras dengan alasan untuk menikmati kesenangan bukanlah tindakan yang benar.

Jadilah seorang Muslim yang menikmati kesenangan dunia dengan tak berlebihan dan tak larut di dalamnya. Bahkan, sangat mulia jika kesenangan itu dibahagikan dengan saudaranya yang lain. Jadikan dunia sebagai sarana untuk beribadah kepada Allah SWT. Sungguh tepat rasanya jika kita mengikuti apa yang terkandung dalam do’a orang bijak sebagai berikut, “Ya Allah, jadikanlah dunia ini ada dalam genggamanku, dan jangan Engkau jadikan dunia ini ada di dalam hatiku.” 

Semoga bermanfaat... ~

No comments:

Post a Comment