MINTALAH PENDAPAT PADA HATIMU
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah, Tuhan sekalian alam. Selawat dan salam keatas junjungan besar Nabi Muhammad SAW, juga kepada ahlul bait, sahabat, tabi’, tabi’in dan semua umat Islam di luar sana. Alhamdulillah dapat lagi kita menjalani kehidupan pada hari ini dan seterusnya dengan nikmat-nikmat yang tidak terkira dan tidak terhingga diatas nikmat kesihatan yang dikurnia-Nya.
Setiap orang memiliki cermin di dalam diri, itulah hati nurani. Perkataan hati nurani adalah kejujuran. Anjurannya adalah kebaikan. Kecenderungannya adalah pada kebenaran, sifatnya adalah kasih sayang. Ia akan tenang bila kita berbuat baik dan gelisah bila kita berbuat dosa. Bila ia bersih dan sihat maka ia akan menjadi juru bicara Tuhan di dalam diri kita. Bila ia bening dan berkilat maka ia akan menangkap wajah Tuhan. Hanya sayangnya kita sering mencampakkan nurani kita sendiri bahkan membunuhnya dengan perilaku-perilaku kita. Curang hanya demi seringgit keuntungan, bohong hanya untuk kesenangan sesaat, kikir padahal harta melimpah, dengki terhadap kebahagian orang lain, menolak kebenaran kerana sebuah kehormatan. Akibatnya nurani kita tertutup dan mati sehingga tidak dapat membezakan mana yang baik dan mana yang buruk.
Seorang sahabat Rasulullah SAW yang bernama Wabishah RA datang dengan menyimpan pertanyaan di dalam hatinya tentang bagaimanakah cara membezakan antara kebajikan dan dosa. Sebelum Wabishah bertanya, cermin hati Rasulullah SAW telah menangkap isi hatinya. ”Wahai Wabishah, mahu aku jawab langsung atau engkau utarakan pertanyaanmu terlebih dahulu?” Wabishah menjawab,”Jawab langsung saja, wahai Rasulullah.” Beliau bersabda,”Engkau datang untuk bertanya bagaimana membezakan antara kebajikan dan dosa.” Wabishah berkata, “Benar.” Rasulullah merapatkan jari-jarinya dan melekapkannya pada dada Wabishah, seraya bersabda “Mintalah pendapat pada hatimu dan mintalah pendapat pada jiwamu, wahai Wabishah. Sesuatu itu adalah kebaikan bila ia membuat hati tenteram, membuat jiwa tenteram, sedangkan dosa membuat kegelisah dalam hati dan kegoncangan dalam dada.(Mintalah pendapat pada hatimu dan mintalah pendapat pada jiwamu), meskipun orang-orang telah memberikan pendapat mereka kepadamu tentang hal itu.”
[HR Al-Darimi dari Wabishah RA]
Namun bagi orang yang berhati munafik, banyak berbuat dosa dan maksiat akan sukar sekali mendapatkan pertimbangan hati. Kerana hatinya sudahnya tertutup oleh tompokkan dosa, sehingga sukar membezakan mana yang benar dan mana yang salah dan tidak ada lagi rasa malu atau perasaan tidak selesa ketika melakukan suatu perbuatan berdosa. Hati, mata, dan telinganya sudah ditutup. Makanya orang tersebut sering sekali melakukan dosa, misalnya berdusta atau berbohong dan akan terus dilakukannya tanpa ada perasaan bersalah atau berdosa lagi.
Sekarang ini cubalah kita tanyakan dengan jujur pada diri kita sendiri, pada posisi mana kita berada saat ini. Apakah kita termasuk orang yang merasa ”tidak selesa” ketika kita mau melakukan perbuatan dosa? Atau kita tidak merasakan ketidakselesaan itu lagi? Kalau ya, kita masih merasakan ketidakselesaan, kegelisahan ketika kita mahu melakukan suatu perbuatan dosa, maka bersyukurlah, itu bererti hati nurani kita masih hidup dan pertahankan serta tingkatkanlah, ketaqwaan, keimanan dan kedekatan kita kepada Allah. Namun jika ternyata kita temukan diri kita, sudah tidak pernah merasakan rasa bersalah, gelisah, saat kita mahu dan sudah melakukan perbuatan dosa, maka segera bertaubatlah, kerana jangan-jangan kita sudah terlalu lama berada dalam kelompok orang-orang yang tidak malu melakukan dosa, atau merasa biasa-biasa saja ketika melakukan suatu perbuatan dosa yang kita anggap sebagai dosa kecil, misalnya berdusta?
Tanyakan dengan jujur pada diri kita masing-masing, dan hanya kita sendiri yang dapat menjawabnya.
No comments:
Post a Comment